Sabtu, 21 Mei 2011

HUKUM BERPACARAN

hukum berpacaran menurut Islam adalah haram (tidak boleh). Kebanyakan ulama sepakat tentang keharamannya karena lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Dalil-dalil yang mengharamkan pacaran banyak sekali, diantaranya adalah :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya (dari hal yang haram), yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya (dari yang haram)”. (QS. An-Nur: 30-31).
“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya”. [HR. Al-Bukhoriy (5889) dari Ibnu Abbas, dan Muslim (2657) dari Abu Hurairah]
“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari kalangan Ashar berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?” Maka Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Mereka adalah kematian (kebinasaan)”. [HR. Al-Bukhoriy (5232), Muslim (2172), dan At-Tirmidziy (1171)]
“Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kalian (kaum pria) berduan dengan seorang wanita, karena setan adalah pihak ketiganya”. [HR. At-Tirmidziy (2165), dan Ahmad (114). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa’ (6/215)]
“Andaikan kepala seseorang di cerca dengan jarum besi, itu lebih baik (ringan) baginya dibandingkan menyentuh seorang wanita yang tak halal baginya”. [HR. Ar-Ruyaniy dalam Al-Musnad (227/2), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (486, & 487)]
Lalu jika pacaran itu haram, maka bagaimana caranya seorang muslin untuk mendapatkan jodoh? Cara-caranya adalah sebagai berikut :
1. Melalui perantara.
Upayakan memperluas pergaulan, tanya sana tanya sini, siapa gerangan yang bisa membantu Anda untuk mencarikan jodoh. Cari perantara yang reputasinya baik, seperti ustadz, guru, murobbi, dan orang-orang sholih lainnya. Jangan malu untuk mempromosikan diri bahwa ananda sedang mencari jodoh (apalagi ananda lelaki yang memang harus lebih agresif dalam mencari jodoh daripada perempuan). Namun saya tidak menganjurkan ananda untuk mengikuti biro jodoh atau mengikuti forum-forum gaul di internet, karena selain tidak selektif, juga belum tentu jujur apa yang ditampilkan oleh biro/media tersebut.
2. Mencari sendiri tanpa melalui pacaran.
Cara yang kedua ini mungkin sulit bagi sementara orang. Bagaimana bisa mencari jodoh sendiri tanpa melalui pacaran? Bukankah pacaran merupakan sarana untuk mengenal calon pasangan kita? Lalu dapatkah dijamin kita akan cocok dengan pasangan kita jika tidak melalui pacaran? Jawabannya adalah : bisa!. Bisa menikah tanpa pacaran dan bisa cocok sampai hayat di kandung badan. Nenek moyang kita telah mempraktekkan hal tersebut sejak lama dan terbukti cocok. Bahkan sekarang ini kita menyaksikan sendiri bahwa angkaperceraian semakin tinggi, justru ketika budaya pacaran menjadi umum dalam masyarakat kita. Ternyata pacaran tidak menjamin kecocokan dalam berumah tangga. Jadi, cocok atau tidaknya kita dengan pasangan bukan karena pacaran, tetapi karena kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya. Walau tidak pacaran, tetapi hati dan mental kita lebih siap (ikhlas) untuk menerima kekurangan dari pasangan, maka rumah tangga kita akan langgeng sampai akhir hayat. Sebaliknya, walau pacaran bertahun-tahun tapi ternyata mental dan hati kita tidak siap menerima kekurangan pasangan, maka pernikahan akan mudah bubar dalam waktu yang singkat.
Cara mencari sendiri tanpa pacaran adalah dengan cara ‘menembak’ (langsung mengutarakan keinginan untuk menikahi orang yang kita taksir). Contohnya adalah ketika Khadijah ra meminta Nabi Muhammad saw untuk menikahinya. Cara ini biasanya didahului dengan mencari informasi tentang orang yang akan kita “tembak” tersebut. Cara mencari informasinya bisa melalui teman akrabnya, gurunya, dan orang-orang terdekat dengannya. Cara yang ditempuh harus smooth (halus), sehingga tidak terkesan terlalu agresif. Lalu dilanjutkan dengan memberikan sinyal kepada orang yang kita taksir tersebut apakah ia siap untuk kita ajak menikah. Kalau sinyalnya positif, maka kita bisa menyampaikan hasrat kita kepadanya. Bisa melalui perantara atau bisa juga langsung mengutarakan kepadanya. Kalau diterima alhamdulillah dan kalau pun ditolak jangan sakit hati.
Baik cara pertama maupun kedua yang Anda lakukan, prinsipnya jangan pernah berputus asa untuk mencari jodoh dengan cara-cara yang Islami. Sediakan juga waktu khusus untuk mencari jodoh (mis: sepekan dua kali atau sebulan tiga kail) dengan cara silaturahim ke perantara atau untuk mencari info orang yang kita “tembak”. Iringi upaya kita mencari jodoh dengan doa dan sholat tahajud yang intens. Buktikan kepada Allah SWT bahwa Anda memang sungguh-sungguh mencari jodoh. Insya Allah, jodoh itu akan datang kepada Anda. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari jalan-jalan Kami, niscaya Kami akan tunjukan jalan-jalan tersebut ” (QS. 29 : 69).

http://www.eramuslim.com/konsultasi/motivasi/hukum-berpacaran.htm

Jumat, 04 Maret 2011

.CIRI-CIRI AKHLAK ISLAMIYAH



Akhlak islam berasaskan taqwa. Taqwa berarti menjaga diri atau memelihara diri. Pemeliharaan diri diwujudkan dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. Taqwa berarti juga taat kepada Allah dan ingin mendapatkan pahala dariNya, serta mengandung pengertian takut kepada siksaanNya.  
Taqwa adalah asas yang kokoh bagi perbuatan akhlak. Orang yang berakhlak baik adalah orang yang melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk demi mencari derajat taqwa dan bukan karena tunduk kepada hawa nafsu dan pertimbangan perorangan atau pertimbangan umum.Pengetahuan yang benar tentang sesuatu bisa dipeloreh melalui hukum-hukum Allah ,baik yang tertulis dalam wahyu maupunyang terdapat dalam alam semesta.    
Secara garis besar , ciri-ciri akhlak islamiyah atau norma-norma moral islam antara lain mengandung nilai-nilai dasar : kebaikan yang mutlak , kebaikan yang menyeluruh , norma-norma yang mantap , kewajiban yang dipatuhi dan sebagai pengawasan yang menyeluruh .  
1.    Sebagian Kebajikan yang mutlak  Islam merupakan ajaran yang menjamin kebajikan mutlak karena islam telah menciptakan akhlak yang luhur yang menjamin kebaikan yang murni, baik untuk perorangan maupun untuk masyarakat di setiap lingkungan, keadaan serta waktu.
2.    Merupakan kebaikan yang menyeluruh  Perbuatan akhlak yang dapat memberikan kebaikan secara universal (rahmatan lil’alamin), itulah akhlak islami. Disamping itu, akhlak islami juga bersifat mudah dan gampang, tidak mengandung kesulitan dan kesungkaran dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dapat dikerjakan karena tidak kemampuan manusia, tetapi Islam menciptaka akhlak yang mulia yang dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal sehat.Firman Allah SWT :
Artinya :  “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”.(Al-Baqarah: 185)
3.    Merupakan norma yang mantap  Norma dasar akhlak islam bersifat tetap, langgeng, dan mantap karena diciptakan Allah Yang Maha Bijaksana yang slalu memeliharanya dengan kebaikan yang mutlak, menyeluruh dan langgeng. Firman Allah SWT :
Artinya : “maka hadapkanlah wajahmu dengan luhur kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan pada fitrah Allah mengetahuuinya”.(Al-Arum:30)
4.    Merupakan kewajiban yang dipatihi  Akhlak Islami merupakan daya kekuatan yang tinggi untuk menguasai lahir dan batin , dalam keadaan suka atau duka. Dengan landasan iman dan taqwa serta keinginan untuk menjadi manusia ideal (insan kamil), bahagia dunia da akhirat, orang dapat termotifasi untuk bertindak secara moral.
5.   Sebagian pengawasan yang menyeluruh  Agama merupakan pengawas hati nurani dan akal. Islam menghargai hati nurani, bahkan dapat dijadikan tolak ukukr dalam menetapkan hukum dan ihktiar.Allah SWT berfirman:
Artinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (darinya sendiri)”.(Al-Qiyamah:1-2)
       Dalam ayat 1 surat al-Qiyamah, Allah bersumpah dengan “hari kiamay”. Maksudnya ialah Allah menyatakan dengan tegas bahwa hari kiamat itu pasti datang. Kepastian menyatakan dengan tegas bahwa hari kiamat atau hancurnya alam semesta telah diakui juga oleh teori fisika modern. Para ilmuan di bandingkan fisika mengakui bahwa alam semesta ini mengalami penyusutan dan akan berakhir dengan kehancuran. Karena itu hendaklah manusia bersiap-siap menghadapinya dengan beriman dan mengamalkan amal saleh, karena hari kiamat merup[akan hari pembalasan.
       Selanjudnya dalam ayat 2 allah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (Nafsul Lawwamah). Ialah jiwa yang amat menyesali dirinya terhadap sikap dan tingkah lakunya pada masa lalu yang tidak sempat lagi diisi dengan perbuatan yang baik. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang menyesali dirinya karena berbuat kejahatan

Senin, 14 Februari 2011

valentine' day

Sejarah Valentine .

  Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, 
sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius 
I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama 
Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru 
yang bernama Valentine’s Day.

  The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menuliskan 
penjelasan sebagai berikut : “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran 
Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi 
hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. 
Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).

  Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya 
bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada 
kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani 
secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.

  Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut 
merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama 
paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
  Katakanlah, "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu 
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah 
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi 
penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
  (QS. Al-Kafirun: 1-6)

  Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. 
Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. 
Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini 
sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama.

  Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri 
perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga 
ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.

  Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait 
dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan 
hari besar agama lain.


  Valentine Berasal dari Budaya Syirik.

  Ken Swiger dalam artikelnya “ Should Biblical Christians Observe It ? ” 
mengatakan :
  Kata ‘Valentine’ berasal dari bahasa Latin yang berarti, “ Yang Maha Perkasa, 
Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa ”.
  Kata ini ditunjukan kepada “ Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi ”.

  Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, 
berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas 
perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang 
Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi 
bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.

  Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun 
berzina dengan ibunya sendiri.

  Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya 
dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah 
cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh.

  Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan 
dewa cinta ini. Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat 
yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya 
masuk neraka, naudzu billahi min zalik.


  Semangat valentine adalah Semangat Berzina .

  Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan 
semangat.
  Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi 
sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari 
agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. 
Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga 
penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat 
cinta kasih.

  Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan 
maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, 
berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di 
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh.
  Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido 
biasa.

  Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi 
putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan 
jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu 
adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.

  Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan.
  Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina.
  Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang 
terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love 
atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina.

  Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
  Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah 
kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks ?.

  Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop 
di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. .
  Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih 
sayang.
  Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
  Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka 
dari berzina dengan teman-temannya.
  Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja.

  Allah SWT berfirman tentang zina bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, 
bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
  Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu 
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
  (QS Al-Isra’: 32)